Kolaborasi Empat Kepala Rintis Fesyen Berkelanjutan yang Berdaya

- Senin, 15 November 2021 | 23:16 WIB
CCO Sagarayasa, Asep Rohman (kiri) dan CEO Sagarayasa, Ratih Miranti di galeri Sagarayasa, Jalan Katamso, Kota Bandung. (Ayobandung.com/Nur Khansa)
CCO Sagarayasa, Asep Rohman (kiri) dan CEO Sagarayasa, Ratih Miranti di galeri Sagarayasa, Jalan Katamso, Kota Bandung. (Ayobandung.com/Nur Khansa)

Limbah denim dan tekstil lainnya yang akan diolah oleh Sagarayasa (Instagram Sagarayasa/@sagarayasa)
Limbah denim dan tekstil lainnya yang akan diolah oleh Sagarayasa (Instagram Sagarayasa/@sagarayasa)

Bahkan, bila pesananan sedang ramai, Sagarayasa juga mengambil limbah tekstil dari sejumlah pabrik untuk diolah. Meski tak seluruh pakaian berasal dari benang olahan limbah, namun, Oman mengatakan, produk-produk Sagarayasa menggunakan kain-kain berserat alam seperti linen rami, atau kain tenun serat alam dengan proses ATBM.

"Nanti bahan-bahan itu diwarnainya tidak pakai pewarna tekstil buatan, tapi pakai warna-warna yang alami dari alam. Dari proses ecoprint itu, kita mengambil daun-daunan yang menghasilkan getah, lalu warnanya dipancing dengan sejumlah teknik agar lebih menonjol," ungkap Oman.

Tak sampai di sana, dalam proses produksinya, upaya melibatkan dan memberdayakan masyarakat sekitar pun dilakukan. Para warga yang terlibat diberi upah sesuai dengan waktu bekerja dan tingkat kesulitan. Dari 12 warga Baleendah yang terlibat proses produksi di Sagarayasa, beberapa di antaranya adalah wanita yang kehilangan pekerjaannya akibat kemerosotan bisnis pabrik tekstil di masa pandemi.

"Sekarang sudah bertambah, tidak hanya dari Kampung Sayang saja. Total ada 12 orang dan masih bisa bertambah. Soalnya, para ibu itu sekarang sudah bisa saling ngajarin teknik bikin aksesori kepada teman-temannya. Malah jadi bagus, karena jadi sekalian menumbuhkan bibit pengusaha baru," ungkap Oman.

Salah seorang ibu pengrajin kain di Banjaran yang menjadi mitra Sagarayasa tengah mengolah kain perca (Dok. Sagarayasa)
Salah seorang ibu pengrajin kain di Banjaran yang menjadi mitra Sagarayasa tengah mengolah kain perca (Dok. Sagarayasa)

Dia memaparkan, Sagarayasa juga berupaya memperlakukan pengrajin yang terlibat dengan adil dan setara. Alih-alih menjadi karyawan atau pekerja, hubungan yang dijalin adalah sebagai mitra. Sagarayasa membeli setiap produk yang dihasilkan dengan harga menyesuikan.

"Kami membeli, bukan menggaji. Misalnya, satu kain itu dihitung ngerjainnya berapa lama, kita sesuaikan upahnya. Kami juga tanya, cukup enggak segitu. Kalau mereka bilang ini prosesnya susah, butuh tambahan lagi, maka akan ditambah harga belinya," ungkap Oman.

Sementara itu, Ratih mengatakan, beban ongkos produksi yang meningkat tersebut akan dibebankan langsung kepada pelanggan. Produk yang dihasilkan Sagarayasa memiliki kisaran harga mulai dari Rp200 ribuan hingga Rp4 jutaan. Kain tenun biru yang dihasilkan dari limbah denim tersebut dihargai Rp1,2 juta.

"Tapi kalau mau lihat proses pembuatan di balik produk tersebut, harganya yang mungkin cenderung mahal jadinya ya sebenarnya sesuai saja. Kita juga harus menghargai usaha yang dilakukan teman-teman pengrajin," ungkap Ratih.

Hal inilah yang kemudian dijadikan sebagai value proposition atau nilai keunggulan dari produk-produk Sagarayasa. Konsumen dapat mengetahui bahan baku dan proses produksi dari tiap helai kain yang dibelinya. Bisnis mereka berupaya dijalankan dengan konsep ethical fashion yang tidak eksploitatif, baik dari sisi lingkungan maupun sumber daya manusianya.

Contoh baju yang telah di-upcycle dengan aksen kain perca (Ayobandung.com/Nur Khansa)
Contoh baju yang telah di-upcycle dengan aksen kain perca (Ayobandung.com/Nur Khansa)

"Apa yang kita upayakan ini bisa dibilang sebagai kebalikan dari tren fast fashion yang tengah menjamur. Merk yang merajai dunia fesyen di negara kita kan masih produk luar. Padahal di balik harga produk fesyen yang murah dan dirilis serba cepat itu, tak jarang ada hal yang bermasalah, terutama tentang kesejahteraan pekerjanya," ungkap Ratih.

Membangun Ekosistem, Menebar Manfaat

Mereka menyadari, merintis bisnis dengan konsep berkelanjutan bukanlah hal yang mudah. Meski ongkos produksi bisa jadi lebih murah karena memanfaatkan limbah dan bahan alam, namun menjalani seluruh prosesnya agar tetap sesuai koridor butuh upaya yang tak sederhana.

Halaman:

Editor: Nur Khansa Ranawati

Tags

Terkini

Model Baju Pria Terbaru dan Terlihat Kekinian

Rabu, 4 Januari 2023 | 06:10 WIB
X