Pesan Perdamaian dari Penghuni Pondok Pesantren untuk Dunia

- Kamis, 22 Februari 2018 | 06:45 WIB
Alexandre Pettelier dan Jacques Bertrand bersama siswa Madrasah Muallim Persis Man'baul Huda saat berfoto bersama. (ayobandung/Anggun Nindita)
Alexandre Pettelier dan Jacques Bertrand bersama siswa Madrasah Muallim Persis Man'baul Huda saat berfoto bersama. (ayobandung/Anggun Nindita)

BUAHBATU, AYOBANDUNG.COM – Islam tidak seperti yang diberitakan. Digambarkan kaos, dipenuhi oleh unsur-unsur radikalisme yang membabi buta. Akademisi politik asal Kanada, Alexandre Pelletier dan Jacques Bertrand bersama Madrasah Muallim Persis Man’baul Huda, membawa pesan tersebut untuk dunia.

Sebelumnya, Alex mencari informasi soal kebudayaan islam di indonesia melalui pelbagai literatur. Hingga akhirnya Alex percaya diri dan siap untuk menyambangi Indonesia di tahun 2013. Kala itu, Alex bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang gerakan-gerakan radikalisme yang ada di Indonesia.

“Saya membandingkan kota-kota di Jawa dan di Sulawesi. Kemudian membandingkan gerakan-gerakan yang ada di Jawa Barat juga di Jawa Timur,” ujar Alex saat ditemui ayobandung di Madrasah Muallim Persis Manba’ul Huda, Bandung, Rabu (21/2/2018).

Setelah itu, Alex mempresentasikan temuan-temuannya kepada pihak universitas. Ternyata, apa yang Alex temukan di lapangan sangat jauh dari bayangan negatif soal Islam.

Alex juga menghubungi Jacques Bertrand, seorang profesor dari Universitas Toronto. Prof Jac – begitu sapaan Bertrand -- pun tertarik untuk ikut bersama Alex mendalami budaya Islam. Kebetulan, Prof Jac telah lebih dulu sering berkunjung ke Indonesia sejak Orde Baru. Tak heran jika kemampuan berbahasa Indonesianya terdengar fasih.

Untuk lebih mematangkan lagi niatnya belajar tentang budaya Islam, Alex beserta Prof Jac membuat daftar pesantren-pesantren mana saja yang akan mereka kunjungi saat di Indonesia. Jawa Barat membuat mereka tertarik, hingga Negeri Pasundan itu jadi prioritas kunjungan keduanya.

Selama perjalanan, Alex menemukan sejumlah pesantren yang dinilainya unik. Mulai dari Pesantren Darut Taubah yang berada di tengah kawasan prostitusi, hingga pesantren khusus penderita gangguan jiwa di Tasikmalaya. “Ada juga pesantren di Ciwidey, yang khusus mengajarkan tentang agrobisnis,” ujar Alex.

-

Sekarang Alex dan Prof Jac berkesempatan untuk mendatangi Madrasah Muallim Persis Man’baul Huda. Santri-santri kreatif di pesantren ini membuat Alex kepincut. Meski namanya pesantren, tapi sistem pengajaran di pesantren yang terletak di timur Kota Bandung ini terbilang modern. Terbukti dari inovasi-inovasi kreatif seperti pembuatan teleskop dari barang bekas, pembuatan video tutorial secara indie, hingga pembuatan robot sederhana.

Belum lagi keramahtamahan para penghuni pondok. Islam mengajarkan perdamaian, dan itulah yang dirasakan oleh Alex serta Prof Jac dalam kunjungan ini.

Bawa Pesan Perdamaian dari Islam untuk Dunia

Dalam kesempatan ini, Alex dan Prof Jac membawa beberapa mahasiswa dari Universitas Toronto untuk ikut serta melihat bagaimana keseharian para penghuni pondok. Sekaligus untuk melihat lebih dekat lagi tentang budaya Islam.

“Tujuan saya membawa mahasiswa agar mereka melihat keadaan yang sebenarnya. Saya kira ini akan menarik untuk mereka yang pertama kali datang ke Indonesia,” ujar Prof Jac.

Prof Jac mengatakan jika kebanyakan mahasiswanya tak tahu banyak soal Indonesia. Mereka juga kebanyakan menganggap bahwa negara yang paling banyak penduduk muslimnya adalah Arab Saudi. Padahal, sebutnya, Indonesia memiliki jumlah kaum muslim terbesar di dunia.

Halaman:

Editor: Asri Wuni Wulandari

Tags

Terkini

X