NGAMPRAH, AYOBANDUNG.COM - Kabupaten Bandung Barat (KBB) menjadi satu dari dua daerah di Jawa Barat yang ditetapkan menjadi wilayah berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit campak pada tahun 2022.
Penetapan KLB penyakit campak ini menyusul ditemukannya 21 warga Bandung Barat terpapar campak sepanjang bulan September-Oktober 2022 di Padalarang, Cikalongwetan, dan Cisarua.
"Total kasus ada 21, sehingga memenuhi kriteria untuk dinyatakan sebagai KLB campak," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan KBB, Nurul Rasihan, Kamis, 26 Januari 2023.
Baca Juga: Terjadi KLB di Beberapa Daerah, Masyarakat di Kabupaten Bandung Diimbau Waspadai Campak
Menurutnya, setelah dilakukan pemantauan perkembangan KLB sampai dua kali masa inkubasi terpanjang yakni selama 14 hari atau rata-rata 1 bulan dari kasus terakhir, tidak terdapat penambahan kasus positif campak, sehingga langsung berakhir.
"Dengan kondisi itu, maka KLB dinyatakan berakhir karena tidak ditemukan kembali kasus campak," kata Nurul.
Meski begitu, Nurul menjelaskan, KLB campak bermula saat ditemukan dua kasus suspek campak tanggal 14 September 2022 di Puskesmas Tagog Apu. Kedua pasien ini berobat dengan keluhan klinis demam, ruam merah di bagian wajah, tubuh dan lengan, serta menderita batuk.
Setelah itu, dua kasus suspek campak terdeteksi kembali oleh petugas Surveilans Cikalongwetan setelah dilakukan verifikasi di sekitar tempat tinggal pasien pada 23 September 2022 dan dilaporkan ada kasus lainnya dengan keluhan yang sama.
Baca Juga: Kasus Campak di Kabupaten Bandung Meningkat Drastis Selama 2022
"Lalu pada 23 September 2022 petugas surveilans dari Cikalongwetan melakukan penyelidikan epidemiologi lanjutan ke wilayah rumah pasien. Selanjutnya diambil sebanyak 14 sampel darah serta 5 sampe urin dari rumah kedua pasien," kata Nurul.
Sementara untuk melokalisir risiko penularan, kata dia, dilaksanakan penanggulangan terhadap kasus suspek dengan pemberian vitamin A dosis tinggi sesuai usia serta pemberian imunisasi MR bagi anak yang tidak mengalami demam atau gejala klinis campak.
"Kemudian pada 30 September 2022, hasil laboratorium kontak erat kasus campak diterima Dinas Kesehatan KBB, dan terdapat peningkatan kasus sebanyak 4 kasus positif campak yang merupakan kontak erat serumah dengan dua pasien awal," kata Nurul.
Selanjutnya pada 3 Oktober 2022, kata dia, penyelidikan epidemiologi diperluas di area sekolah pasien hingga akhirnya diperoleh sampel sebanyak 25 sampel suspek lainnya yang terdiri dari anak sekolah dan pengajar di sekolah tersebut.
Baca Juga: Jabar Berstatus KLB Campak, Dinkes Dorong Orang Tua Penuhi Hak Imunisasi Anak
"Lalu pada tanggal 11 Oktober 2022 hasil laboratorium kontak erat kasus campak diterima Dinas Kesehatan KBB dengan hasil positif campak sebanyak 9 kasus," ucapnya.
Artikel Terkait
Kota Bandung Pastikan Tak Ada Kasus KLB Campak, Ini Kata Wali Kota
Sebanyak 21,6 Persen Anak Indonesia Terancam Alami Stunting, Begini Upaya Terbaru Kemenkes
Angka Stunting di Cianjur Menurun, Bupati : Berkat Semua Pihak
5 Langkah Pencegahan Stunting, Penuhi Kebutuhan Gizi Sejak Hamil hingga Beri ASI Eksklusif Sampai Bayi 6 Bulan
Angka Kurang Gizi Anak atau Prevalensi Stunting Indonesia Turun 2,8 Persen, Tapi di Masih di Atas Standar WHO