PHK Massal Ditengah Pembahasan UMK Kabupaten Bandung, Akal-akalan Atau Kewaspadaan?

- Jumat, 18 November 2022 | 19:45 WIB
Ilustrasi PHK massal. PHK Massal Ditengah Pembahasan UMK Kabupaten Bandung, Akal-akalan Atau Kewaspadaan
Ilustrasi PHK massal. PHK Massal Ditengah Pembahasan UMK Kabupaten Bandung, Akal-akalan Atau Kewaspadaan

"Kondisinya memang ekonomi kita sedang melemah. Diakibatkan oleh resesi global, baik perang ukraina-rusia maupun melemahnya rupiah terhadap dolar," katanya.

Kewaspadaan Akan PHK Massal

Agus berpandangan, walaupun saat ini tidak terjadi PHK massal di Kabupaten Bandung, bukan berarti tidak akan terjadi dikemudian hari.

Jika kondisi ekonomi terus tidak stabil seperti sekarang, perusahaan akan mengalami kebangkrutan yang menyebabkan adanya PHK massal.

"Ini harus menjadi kewasapadaan. Pemerintah harus melakukan antisipasi sesegera mungkin," katanya.

Salah satu yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah mengatur supaya produk impor tidak terus menerus membanjiri Indonesia dan menganggu produk lokal.

"Daya beli masyarakat kita itu bagus. Makanya produk impor banyak membanjiri pasar kita, karena minat membelinya tinggi," katanya.

Namun celakanya, produk lokal justru tidak mampu bersaing dengan produk impor yang banyak beredar di Indonesia akibat kalah dalam harga.

Harga produk lokal yang tidak bisa bersaing dengan produk impor dikarenakan melemahnya nilai tukar rupiah.

Sementara bahan baku yang diperoleh sebagian besar didatangkan dari luar negeri.

"Makanya pemerintah harus melakukan perlindungan terhadap produk lokal agar bisa bersaing," imbuhnya.

Sementara itu, Bupati Bandung Dadang Supriatna mengatakan, kewaspadaan terhadap PHK massal memang harus ditingkatkan ditengah ancaman resesi.

"Kewaspadaan harus ditingkatkan. Tapi UMK juga harus tetap naik karena BBM dan kebutuhan pokok juga naik. Besaran kenaikannya berapa, yang penting naik saja dulu," katanya.

Dia meyakini dengan naiknya UMK akan berdampak pula terhadap penguatan ekonomi yang juga akan berimplikasi kembali menguatnya bisnis di Indoensia.

Halaman:

Editor: Katarina Erlita

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X