Pemprov Jabar Tindaklanjuti Keluhan Kekeringan Akibat Tambang di Gunung Sanghyang KBB

- Kamis, 25 Agustus 2022 | 13:53 WIB
 Keluhan warga terkait kekeringan yang ditandai menurunnya debit sejumlah mata air di Pegunungan Sanghyang Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) imbas tambang kapur, bakal ditindaklanjuti Pemprov Jabar (Ayobandung.com/Restu Nugraha)
Keluhan warga terkait kekeringan yang ditandai menurunnya debit sejumlah mata air di Pegunungan Sanghyang Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) imbas tambang kapur, bakal ditindaklanjuti Pemprov Jabar (Ayobandung.com/Restu Nugraha)

NGAMPRAH, AYOBANDUNG.COM -- Keluhan warga terkait kekeringan yang ditandai menurunnya debit sejumlah mata air di Pegunungan Sanghyang Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) imbas tambang kapur, bakal ditindaklanjuti Pemprov Jabar.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) Provinsi Jawa Barat akan meninjau ke lapangan guna memastikan penyebab kekeringan di Desa Cipatat dan Ciptaharja. Hal itu guna memastikan faktor utama penyebab menurunnya debit mata air.

"Hari petugas dari cabang Bandung melakukan peninjauan lapangan. Untuk lakukan verifikasi dan validasi," kata Kepala Dinas ESDM Jawa Barat Ai Saadiyah Dwidaningsih, Kamis 25 Agustus 2022.

Baca Juga: Ratusan Mahasiswa KTP Bandung Terinfeksi HIV AIDS, Kenali Gejala dan Faktor Penyebabnya!

Sebelumnya, warga Ciptaharja menilai masifnya tambang di perbukitan Gunung Sanghyang meliputi Leuweng Hideung, Gunung Guha, Gunung Balukbuk, serta Pasir Batununggal membuat mata air dan debit sungai dari tahun ke tahun terus menurun.

Padahal mata air dan sungai yang berhulu di Gunung Sanghyang ini dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum serta sektor pertanian oleh ratusan warga di Desa Cipatat dan Desa Ciptaharja.

Baca Juga: Hengky Kurniawan Dinilai Ingkar Janji, Buruh KBB Tak Mau Beri Dukungan Politik Lagi

Penurunan debit air ini terjadi di 5 mata air yakni mata air Cipaneguh, mata air Pasir Sepat, mata air Cisaladah, mata air Ciketung, dan mata air Cijawer. Peninjauan lapangan ini diperlukan untuk melihat secara menyeluruh faktor utama penyebab hilang dan menurunnya debit mata air di Pegunungan Sanghyang.

"Jadi harus dilihat dulu permasalahannya dari mana. Termasuk cek apakah betul ada mata air yang dulu ada, sekarang kering dan kenapa dia bisa jadi kering, memang harus betul-betul dicek. Nah hari ini temen-temen terjun ke sana untuk melakukan pemotretan," terang Ai.

Baca Juga: Bandung Barat Bebas Wabah PMK, Ribuan Ternak yang Terpapar Kini Sembuh

Menurut Ai, pihaknya tak bisa buru-buru kekeringan dan pengurangan debit mata air akibat aktivitas pertambangan kapur. Apalagi, jika melihat karakteristik pegunungan karst justru meloloskan air, jadi wajar juga kalau daerah itu sulit air.

"Kalau karakter geologi kan pegunungan gamping ini meloloskan air, jadi memang sulit air dari dulu juga daerah situ mah. Tapi harus cek dulu berdasarkan kajian, faktornya apa," pungkasnya.

Editor: Dina Miladina Dewimulyani

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X