Pesantren Darut Taubah ialah sisi lain Saritem. Sebuah kontras kehidupan santri di lingkungan yang telanjur populer dengan prostitusi.
ANDIR, AYOBANDUNG.COM-- Ketika mendengar nama Saritem yang muncul di benak orang pasti berkaitan dengan kawasan prostitusi tertua yang ada di Kota Bandung.
Namun tahukah Anda ada sisi lain dari Saritem selain terkenal dengan kawasan prostitusi?
Nama sebuah gang legendaris di Kelurahan Kebon Jeruk, Kota Bandung, ini merupakan rumah bagi Pondok Pesantren Darut Taubah dan para Pekerja Seks Komersial (PSK).
Meski hadir layaknya dua kutub, baik santri maupun PSK nyatanya telah hidup damai berdampingan selama dua dekade.
Berdiri sejak tahun 1998 saat terjadi reformasi di seluruh Indonesia, KH. Imam Sonhaji selaku Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kota Bandung mencetuskan ide untuk mendirikan Pondok Pesantren Darut Taubah yang diprakarsai bersama Pemerintah Kota Bandung.
Kala itu, beliau mendirikan pesantren tersebut dalam rangka 'memeriahkan' reformasi yang sedang terjadi, dengan berfokus membenahi akhlak dan moral di kawasan Saritem yang sudah mengakar dan dicap sebagai kawasan hitam.
Mengenal Lebih Jauh Pondok Pesantren Darut Taubah
Dudu Mardiana, selaku Pengasuh Ponpes Darut Taubah yang bertahan sejak pertama kali berdiri, mengungkapkan Pondok Pesantren Darut Taubah mengusung tiga program pokok yang lebih dikenal dengan istilah Tri Program Pesantren.
Pertama ‘Ulamā al-‘Amilīn berarti ulama yang mampu mengamalkan ilmunya. Kedua, Imām al-Muttaqīn bermakna pemimpin umat yang bertaqwa atau memimpin umat untuk bertaqwa, serta muttaqīn bermakna manusia yang bertaqwa.
Selain itu, lanjut Dudu, program tersebut diterapkan kepada santri yang terbagi kedalam tiga tingkatan kelas yakni tingkat Ibtida’, Śanawi dan Ma’had ‘Alī dengan menganut sistem salafi.
"Masing-masing tingkatan terbagi lagi menjadi tiga kelas, yakni Ibtida’ I, Ibtida’ II, Ibtida’ III, Śanawi I, Śanawi II, Śanawi III, Ma’had ‘Alī I, Ma’had ‘Alī II, dan Ma’had ‘Alī III," ujar Dudu saat ditemui Ayobandung.com, Rabu, 13 April 2022 malam.
Dengan demikian, total tingkatan kelas sejumlah sembilan tingkatan, dan masing-masing jenjang ditempuh dalam kurun waktu satu tahun, sehingga keseluruhan jenjang pendidikan idealnya ditempuh dalam rentang waktu sembilan tahun.
"Tiap tingkatan kelas mempelajari mata pelajaran yang berbeda-beda. Sumber materi biasanya berupa kitab-kitab kuning atau kitab-kitab klasik yang umum," lanjutnya.
Kaitan Antara Ponpes dan Saritem

Meski hadir layaknya dua kutub, baik santri maupun PSK nyatanya telah hidup damai berdampingan selama dua dekade. (Ayobandung.com/Muslim Yanuar Putra)
Terkait soal Saritem, Dudu menjelaskan, pihak Pesantren Darut Taubah berusaha merangkul masyarakat sekitar ponpes termasuk para PSK yang berada di kawasan Saritem.
"Kita sering melakukan sosialisasi untuk mengubah image dan stigma wilayah ini, dan semoga dengan adanya pesantren ini bisa mengubah citra Saritem walaupun tidak bisa mengubah sepenuhnya," jelas Dudu.
Bahkan, menurutnya selama hampir 22 tahun perjalanan Ponpes Darut Taubah berdiri di tengah kawasan lokalisasi memberikan dampak positif tersendiri bagi lingkungan serta hubungan baik pun terjalin dengan warga sekitar dalam bermasyarakat sehari-hari.
Baca Juga: Gunung Ibu Erupsi, Muntahan Sampai 800 meter
"Warga sekitar juga sering mengundang kami untuk mengisi acara acara keagamaan seperti acara khitanan, nikahan, pemusalaraan dan lainnya. Jadi, hubungan kami baik dengan masyarakat," jelasnya.
Selain itu, Dudu mengklain image Saritem di masyarakat semakin membaik seiring dengan berjalannya program-program keagamaan yang di prakarsai oleh Ponpes Darut Taubah. Seperti penyuluhan agama hingga ada PSK yang datang ke ponpes untuk meminta bantuan.
"Kami tetap membantu dan menerima mereka yang meminta bantuan, mulai dari meminta doa atau meminta nasihat, dan alhamdulillah akhirnya banyak yang datang untuk minta diajarkan agama," paparnya.
Meski begitu, menurutnya perjalanan awal berdirinya Ponpes tidak semulus kondisi yang tercipta hari ini. Bahkan, ia mengaku harus berurusan dengan hal magis seperti santet dan guna-guna terutama dalam 3 tahun awal berdirinya Ponpes.
"Tahun satu sampai tiga pertama kami merasakan serangan secara magis dari dukun atau orang pintar di wilayah Saritem. Mulai dari sering penampakan, ‘kiriman penyakit’, atau lainnya, tapi setelah itu sudah bisa normal. Bahkan ada yang terang-terangan mengakui dan memuji orang pesantren hebat-hebat udah dikirim dari banyak dukun juga tidak mempan," jelasnya.
Kondisi Pesantren Darut Taubah Hari Ini

Berdiri sejak tahun 1998 saat terjadi reformasi di seluruh Indonesia, Pondok Pesantren Darut Taubah hadir di Saritem sampai sekarang. (Ayobandung.com/Muslim Yanuar Putra)
Hari ini, lanjut Dudu, Ponpes Darut Taubah dipimpin oleh KH Ahmad Haedar yang merupakan putra dari KH Imam Sonhaji. Sempat dibantu oleh Pemerintah Kota Bandung hingga tahun 2007 secara finansial, kini Ponpes Darut Taubah sudah berdiri secara mandiri.
"Dulu memang bekerjasama dengan Pemkot Bandung untuk menciptakan Bandung Bermartabat, dan mengubah stigma negatif saritem. Saat ini kami terus berkoordinasi dengan donatur karena memang santri yang belajar di sini semua digratiskan," jelasnya.
Dengan luas bangunan sekitar 600 meter persegi yang terdiri dari 4 lantai, Ponpes Darut Taubah kini memiliki setidaknya hampir 400 santri yang belajar dan memperdalam ilmu agama.
Secara rinci, Ponpes Darut Taubah memiliki setidaknya 100 santri putri dan 80 santri putra yang mondok atau bermukim di lokasi yang dibagi kedalam 2 asrama putra dan putri secara terpisah.
"Belum lagi santri kalong yang hadir setiap kajian atau ceramah yang berasal dari warga lingkungan sekitar, paling sedikit jika dijumlah ada 150 orang. Termasuk anak-anak yang orang tuanya berkecimpung di dunia prostitusi saritem," jelasnya.
Dengan itu, menurutnya banyak orang tua santri yang memang berkecimpung di dunia prostitusi dan menitipkan anaknya untuk belajar di Ponpes Darut Taubah agar tidak mengikuti jejak orang tuanya.
"Banyak orang tua datang menitipkan anak-anak mereka dengan tujuan jejak hitam prostitusi cukup berhenti sampai orang tuanya. Sehingga, image negatif saritem semakin menurun, terlebih biasanya tamu itu ada yang parkir dekat pesantren tapi sekarang sudah sepi, khususnya sejak pandemi, dan ramadhan juga memang diliburkan," ungkap Dudu.
Untuk menjawab kekhawatiran orang tua yang akan menitipkan anaknya untuk belajar di Ponpes Darut Taubah, Dudu selalu memberikan edukasi secara humanis serta pihak Ponpes secara ketat mengawasi para santri dan santriwati yang belajar di sana.
"Kami sering ingatkan, khususnya santri yang benar benar mondok, dan memberikan edukasi bahwa prostitusi adalah hal yang tidak dibenarkan," tandasnya.
"Intinya sesuai dengan motto ponpes, Pondok pesantren adalah tempat orang baik dan orang buruk yang ingin menjadi baik," pungkasnya.
Pesantren Darut Taubah ialah sisi lain Saritem. Sebuah kontras kehidupan santri di lingkungan yang telanjur populer dengan prostitusi. [*]
Artikel Terkait
Stok Darah Minim, PMI Kota Bandung Buka 24 Jam Selama Ramadhan
ASN Pemkot Bandung Dilarang Gunakan Kendaraan Dinas untuk Mudik
Mesin Parkir Kota Bandung Dicemaskan Terlantar, Pemkot Bandung Sebut Satu Bulan Hasilkan Rp400 Juta
7.000 Armada Bus Kota Bandung Laik Jalan Siap Angkut Pemudik
Daftar Titik Pos Pengamanan dan Pos Pelayanan Kota Bandung untuk Mudik Lebaran 2022
PDI Perjuangan Jabar Bagikan Ratusan Takjil di Kota Bandung
Disnaker Kota Bandung Tegaskan Perusahaan Berikan THR Paling Lambat H-7
Jadwal SIM Keliling Kota Bandung Hari Ini 14 April 2022
Delegasi Safran Mengunjungi Pindad, Bahas Kerja Sama Smart Bomb untuk Rafale
Ramp Check Terminal Cicaheum, Dishub Kota Bandung Amankan 3 Unit Bus Tak Laik Jalan