Perlintasan Sungai Citarum memang terkenal ekstrem sejak masa Kolonial. Kontur tanah yang berbukit serta arus sungai deras membuat jalur ini dianggap paling menyeramkan pada zaman dahulu.
Hal tersebut bisa dilacak dari catatan perjalanan Franz Wilhelm Junghuhn, seorang ilmuwan terkemuka di Hindia Belanda pada abad ke-19. Pada tahun 1844 Junghuhn melakukan perjalanan ketiga menjelajah timur Pulau Jawa.
Melansir buku Naturalis Jerman di Tanah Priangan (2021), Junghuhn saat itu hendak melakukan perjalanan Bogor- Bandung. Tiba di Pos Rajamandala, ia harus membuang waktu perjalanan cukup lama karena harus melalui jalur ekrem penuh jurang dan berkelok tajam.
Selain itu kereta kuda yang ditumpanginya mesti ditarik beberapa kerbau untuk melewati tanjakan setelah sungai Citarum.
Seperti diketahui, pada masa itu, belum dibuat jembatan di atas sungai Citarum. Kereta kuda yang akan menuju Bandung atau Cianjur akan dinaikkan ke atas dua perahu. Lalu perahu tersebut ditarik agar sampai ke tepian.
Baca Juga: Redmi Note 11 Pro 4G Siap Rilis, Ini Bocoran HP Xiaomi Terbaru
Catatan lain tentang jalur ekstrem perlintasan Citarum ditulis seorang turis asal Inggris bernama Charles Walter Kinloch yang hendak bertamasya ke Bandung tahun 1852. Saat itu Ia menggunakan kereta kuda lewat jalur Buitenzorg, Cianjur, dan melewati sungai Citarum.
Kinloch mengaku mendapat pengalaman mengerikan ketika kereta kudanya harus ditahan 20-30 orang kuli agar tidak meluncur ke sungai.
Artikel Terkait
Sisa Sejarah Manusia Purba di Goa Pawon
Sejarah Film Lutung Kasarung Tayang Perdana di Bioskop Bandung 1926
Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond, BIVB Kedua dan Bagian Sejarah Persib Bandung
Sejarah Lagu Halo Bandung (Hallo Bandoeng), Elegi tentang Kerinduan dan Kematian
Sejarah Balap Mobil di Bandung, Bloemenrally KLM Tahun 1952
Sejarah Gedung The Historich Cimahi, Tempat Hiburan Tentara Belanda
Sejarah Pasar Cihapit nan Pahit