LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- cuaca Bandung mengalami anomali. Udara saat ini cenderung lebih panas, padahal Januari ini masih masuk musim hujan.
Anomali cuaca ini turut berada dalam pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung. Menurut BMKG, cuaca panas terasa pada siang hingga sore hari.
Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan Januari merupakan puncak musim hujan di Bandung Raya dan Jawa Barat. Tercatat hingga 25 Januari 2022, curah hujan sebanyak 51,9 mm sedangkan curah hujan normal pada Januari yaitu 221,7 mm.
Baca Juga: Masyarakat Panic Buying, Minyak Goreng Murah di Bandung Ludes dan Sulit Didapat
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, pada 2022 ini curah hujan mengalami defisit hingga 50%.
"Dalam pengamatan BMKG Bandung, curah hujan mengalami anomali negatif pada bulan Januari ini," ungkapnya, dalam pernyataan resmi.
Dia menuturkan, anomali negatif curah hujan di wilayah Bandung Raya dan Jawa Barat disebabkan oleh angin kencang yang terjadi di wilayah Jawa Barat. Kondisi ini muncul karena adanya pertumbuhan pusat tekanan rendah di Perairan Maluku hingga Banda.
"Pada bulan Januari ini, Monsoon Asia juga sedang pada puncaknya sehingga keberadaan beberapa pusat tekanan rendah tersebut menguatkan angin Monsun Asia di atas laut Jawa dan kemudian meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Jawa Barat dan Bandung Raya," kata dia.
Baca Juga: 9 Tips Menjaga Kesehatan di Musim Hujan, Nomor 4 dan 8 Sering Terlewat
Pada 24 Januari lalu, ujar Teguh, tumbuh bibit siklon 96S di Barat Daya Sumatera yang berpotensi meningkatkan kecepatan angin di wilayah Jawa Barat bagian Barat. Tercatat kecepatan angin maksimum mencapai 24 km/jam dan kecepatan angin maksimum normal Januari 18 km/jam.
"Kejadian angin kencang di level permukaan hingga level 850 mb atau 1,5 km menyebabkan awan-awan hujan yang tumbuh di sekitar Bandung Raya kembali pecah atau tergeser ke arah timur hingga tenggara, sehingga hujan terjadi di wilayah Tasik, Ciamis, dan Banjar hingga ke Jawa Tengah, terutama Jawa Tengah bagian Selatan," ungkapnya.
Dia menjelaskan, awan hujan yang pecah menyebabkan kejadian hujan terganggu dan mengakibatkan peningkatan temperatur maksimum di wilayah tersebut.
Hal itu disebabkan terpecahnya awan yang menyebabkan kondisi langit menjadi bersih sehingga sinar matahari langsung masuk hingga level permukaan tanah.
"Terganggunya proses hujan menyebabkan tingkat kelembapan udara relatif tetap tinggi di atmosfer wilayah Bandung Raya. Kondisi temperatur tinggi dan kelembapan tinggi akan terasa panas dan lembap secara bersamaan atau ngelekeb," ujarnya.
Artikel Terkait
Kebal Gergaji Mesin, Golok dan Dibakar, Aksi Debus Warnai Unjuk Rasa Arteria Dahlan
Polda Jabar Tolak Penangguhan Penahanan Bahar bin Smith, Kuasa Hukum: Sudah Kami Prediksi
Jalan Plesiran Dibongkar akibat Tiang Penyangga Rusak Berat
Plt Wali Kota Bandung Ingin Fokus ke Pengolahan Sampah,Selain Infrastruktur
Omicron di Jabar, Ridwan Kamil: Cepat Menular, Cepat Sembuh
Satu Lagi Pelaku Vandalisme Babakan Siliwangi Kota Bandung Ditangkap
Info Vaksin Booster Bandung Januari 2022 Terbaru, Tersebar di 20 Puskesmas, Catat Tanggalnya!
3 Warga Bandung Jadi Korban Tewas di Double O Sorong, Ini Identitasnya
Tak Mampu Bayar Kuliah, Mahasiswa UPI Diminta Mundur?
Masyarakat Panic Buying, Minyak Goreng Murah di Bandung Ludes dan Sulit Didapat