CIMAHI, AYOBANDUNG — Kota Cimahi memiliki kekayaan peninggalan sejarah bernilai luar biasa. Mulai dari bangunan, artefak, hingga nisan-nisan makam tua, banyak ditemukan di kota ini.
Keberadaan makam tua di Cimahi bahkan melintasi berbagai zaman. Mulai dari zaman Hindu-Budha, Kerajaan Sunda, Penyebaran Islam, hingga Era Kolonial.
Selain bukti konkrit di lapangan, eksistensi makam tua di Cimahi juga tercatat dalam tulisan atau jurnal perjalanan orang-orang Eropa. Salah satunya seorang Naturalis Jerman bernama Salomon Muller.
Muller adalah salah satu anggota Natuutkundige Commissie voor Nederlandsch-Indie atau Komisi Ilmu Alam Hindia Belanda yang ditugaskan untuk meneliti kondisi geografis, flora, dan fauna di Priangan.
Dalam laporan perjalanan Muller pada 3 Januari 1833, ia menemukan sebuah makam tua di Distrik Cilokotot atau sekarang dikenal Cimahi, tepatnya di daerah Jambu Dipa atau kawasan Cisarua, sekarang.
Dahulu Cimahi merupakan daerah di bawah distrik bernama Cilokotot yang merupakan bagian dari Kabupaten Bandung. Wilayah Cilokotot meliputi daerah setingkat kecamatan (onderdistrik) yaitu Cimahi, Padalarang, Batujajar, dan Cisarua.
Menurut Muller, makam tersebut terdapat di Kaki Gunung Burangrang, tepatnya di kebun Kopi Jambu Dipa. Strukturnya berupa tanah yang dikelilingi oleh kanal cukup dalam. Di tengah-tengahnya terdapat makam tua berupa batu memanjang ditutupi pohon hanjuang.
"Jika kita pergi ke hutan di sekitar Burangrang , kita akan temukan makam-makam tua di kebun Kopi Jambu Dipa. Strukturnya berupa struktur tanah yang dikelilingi oleh kanal cukup dalam.
Menurut warga setempat, itu merupakan sisa-sisa peradaban lampau, mereka menyebutnya Negara Dalam Djamboe Diepa. Di tengah-tengahnya ada makam tua beruapa batu memanjang ditutupi pohon hanjuang. Penduduk Cilokotot sampai sekarang masih menghormati tempat itu," tulis Muller dilansir dari Buku Naturalis Jerman di Tanah Priangan (2021).
Kota Cimahi memiliki kekayaan peninggalan sejarah bernilai luar biasa. Mulai dari bangunan, artefak, hingga nisan-nisan makam tua. (Dok. Komunitas Tjimahi Heritage)
Ketua Komunitas Tjimahi Heritage, Machmud Mubarok mengatakan, jika melihat gambaran
makam tua yang ditulis Muller, besar kemungkinan makam tersebut adalah peninggalan Sunda Kuno.
Pasalnya, cerita tentang pohon hanjuang yang dikaitkan dengan kematian terdapat dalam kisah peperangan Sumedang Larang dengan Cirebon.
"Ini adalah tipikal makam sunda kuno. Kalau kita pernah mendengar cerita Sumedang Larang ketika berperang dengan Cirebon, penandanya adalah pohon hanjuang," kata Machmud dalam acara Diskusi Virtual Makam-makam Tua di
Cimahi, Sabtu 6 November 2021.
Keberadaan makam-
makam tua di
Cimahi tersebar di hampir seluruh kecamatan. Terletak di pemakaman umum atau milik pribadi, salah satunya di
TPU Cipageran.
TPU Cipageran berada tak jauh dari Kampung Buyut Cipageran (Kabuci) di Kota
Cimahi yang konon sudah berdiri sejak abad ke-17. Wilayah Cipageran berbatasan dengan daerah Jambu Dipa atau wilayah Negara Dalam Cisarua.
Komunitas Tjimahi Heritage menyebut, di
TPU Cipageran terdapat
makam tua tokoh bernama Wirasuta Widjaya dan Istri Patimah Sekarwangi. Masyarakat Kabuci meyakini Wirasuta adalah orang pertama yang membangun Desa Cipageran.
"Belum ada cerita jelas kapan tokoh ini hidup dan meninggal di tempat itu. Namun berdasarkan cerita masyarakat adat Cipageran, ia hidup sekitar abad ke-17 atau sekitar tahun 1600-an dan membangun Desa Cipageran," papar Machmud.
Selain makam Wirasuta Widjaya, di TPU ini juga terdapat makam seorang pangeran raja di Cirebon, bernama Soebrata Warsokusuma serta makam-makam muslim yang ditandai batu tanpa nisan.
"Di
TPU Cipageran memang banyak
makam tua, ada makam Raden Roro Nitimirah istri Patih Sumedanglarang, Harjawinata. Ada pula makam keluarga Hardjakusumah yang pernah menjadi wedana di
Cimahi, dan banyak lagi," jelasnya.
Makam Orang Belanda
Kota Cimahi memiliki kekayaan peninggalan sejarah bernilai luar biasa. Mulai dari bangunan, artefak, hingga nisan-nisan makam tua. (Dok. Komunitas Tjimahi Heritage)
Makam orang-orang belanda berada di Ereveld
Leuwigajah. Pertama kali diresmikan tanggal 20 Desember 1949. Menampung sekitar 5.600 jasad di luas lahan sekitar 3 hektar.
Mayoritas orang Balenda yang dikubur di sini merupakan tawanan tentara Jepang di kamp konsentrasi di wilayah Kota
Cimahi. Mereka yang gugur bukanlah mati di tengah medan perang, melainkan akibat kekejaman tentara Jepang saat itu.
Tokoh Belanda paling terkenal di tempat ini adalah Herman Thomas Karsten, ia merupakan arsitek asal Belanda yang meninggalkan jejak berupa desain tata kota Semarang, Pasar Gede Surakarta, Pasar Cinde Palembang, Istana dan Masjid Besar Mangkunegara.
"Selain di Kerkof dan Ereveld
Leuwigajah, pemakaman orang belanda ada pula ditemukan di TPU Baros (ada satu tersembunyi dan masih utuh), kemudian di daerah Gunung Bohong yang kemudian dipindahkan ke Kerkof," jelas Machmud.
Makam Kaum
Kota Cimahi memiliki kekayaan peninggalan sejarah bernilai luar biasa. Mulai dari bangunan, artefak, hingga nisan-nisan makam tua. (Dok. Komunitas Tjimahi Heritage)
Pemakaman tua lainnya di
Cimahi terdapat di dekat Kompleks Masjid Agung
Cimahi. Di tempat ini terdapat makam orang-orang yang menghibahkan atau mewakafkan tanahnya untuk Masjid Agung
Cimahi.
Konon, Masjid Agung
Cimahi di Bangun tahun 1817 atau 7 tahun setelah selesai pembangunan Jalan Raya Pos oleh seorang bernama H Nasir.
Namun, klaim waktu pembangunan masjid ini tak bisa dipertanggungjawabkan, karena hanya berdasarkan sebuah foto tahun 1895 ketika Masjid Agung
Cimahi belum ada.
"Istilah Kaum ini berkaitan dengan masjid, di sini makam pendiri atau orang-orang yang mewakafkan tanahnya untuk Masjid Agung
Cimahi, ini makam keluarga H. Nasir," papar Machmud.
Terlepas dari kedua klaim itu, Machmud melihat makam di tempat itu terlihat lebih tua karena dilihat dari sebagian nisan mirip pedagang gujarat.
"Kalau dilihat dari nisan, ini makam bergaya Gujarat.
Tapi kita
gak tahu mana yang benar karena belum ada catatan resminya," jelasnya.
Tak jauh dari kompleks
Makam Kaum, ada sebuah makam bernama Mbah Panjang. Kondisi di lokasi, makam tersebut tergerus longsor karena berada di lereng.
Makam Enyang Dalem Santoan Wali Kundu terletak di gang keramat,
Leuwigajah. Wali Kundu adalah cucu dari Adipati Kertamanah, seorang keturunan kelima dari Prabu Siliwangi yang dimakamkan di daerah Soreang.
Adipati Kertamanah mempunyai cucu, Eyang Santoan Kobul, Santoan Kundu, dan Santoan Kulur. Makam tersebut diduga dibuat sekitar tahun 1500.
"Wali Kundu dan 2 saudaranya adalah orang-orang penyebar agama Islam di daerah
Leuwigajah," kata Machmud.
Makam Utsman Dhomiri dan Mbah Dalem Tumpang
K.H. Utsman Dhomiri adalah pemimpin Tarekat Tijaniyah yang berasal dari Hadramaut Yaman.
Makamnya terletak di kawasan Padasuka,
Cimahi. Selain pemimpin tarekat, Ia juga tokoh pejuang yang memimpin laskar-laskar melawan Belanda dan meninggal tahun 1955.
Sedangkan makam Mbah Dalem Tumpang berada di daerah Gandawijaya, belakang pertokoan. Di tempat itu terkubur pula istri Dalem Tumpang, Raden Linggar.
Sosok Mbah Dalem tumpang dalam banyak versi. Ada yang menyebutnya perwira Mataram. Ada pula yang menyatakan putra dari Pangeran Syamsudin dari Cirebon, karena lama mencari ilmu ke Mataram, lalu tinggal
Cimahi.
Ia menikah dengan putri bupati Bandung, Angga Direja II sekitar tahun 1700-an.
"Antara versi satu dan versi dua sangat jauh tahunnya. Mataram ketika ke Priangan 1628, kalau ini 1700 beda 1 abad. saya percaya versi kedua karena merujuk silsilah keluarga," pungkasnya. [*]
Artikel Terkait
Jadwal SIM Keliling Cimahi dan Bandung Barat Hari Ini 29 Oktober 2021
Takut Kasus Covid-19 Naik Lagi, Warga Cimahi Dimbau Tak Mudik Nataru
Info Vaksin Cimahi dan Bandung Barat November 2021, Cek Jadwal dan Linknya!
Warga Cimahi Deklarasi Sandiaga Uno Capres 2024, Dianggap Pro PKL dan UMKM
Jadwal SIM Keliling Cimahi dan Bandung Barat Hari Ini 2 November 2021
Jadwal SIM Keliling Cimahi dan Bandung Barat Hari Ini 3 November 2021
Jadwal SIM Keliling Cimahi dan Bandung Barat Hari Ini 4 November 2021
Jadwal SIM Keliling Cimahi dan Bandung Barat Hari Ini 5 November 2021
Industri Garmen di Cimahi Mulai Bergeliat, 1 Tahun Dihantam Pandemi Covid-19
Jadwal SIM Keliling Cimahi dan Bandung Barat Hari Ini 6 November 2021