Mengenang Tragedi TPA Leuwigajah Cimahi, Warga Cirendeu Gelar Upacara Tabur Bunga

- Selasa, 21 Februari 2023 | 14:02 WIB
Warga Cirendeu Adakan Upacara Tabur Bunga (Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi)
Warga Cirendeu Adakan Upacara Tabur Bunga (Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi)

NGAMPRAH, AYOBANDUNG.COM -- Sejumlah warga Kampung Adat Cireundeu di Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, menggelar upacara tabur bunga mengenang tragedi maut TPA Leuwigajah, Selasa, 21 Februari 2023.

Diketahui, tragedi maut TPA Leuwigajah pada tahun 2005 silam menelan korban jiwa sebanyak 157 orang. Para korban meninggal dunia akibat tertimbun longsoran sampah setinggi 60 meter lebih.

Peristiwa yang dipicu akumulasi gas metan di dalam sampah ini merenggut korban terdiri dari warga Cirendeu, petugas TPA, dan para pemulung.

Untuk memperingati peristiwa ini warga Cirendeu melakukan ritual upacara tabur bunga dengan lebih dulu mengumpulkan air dari beberapa sumber mata air. Air itu akan disiram di lokasi peristiwa longsoran terjadi atau lahan bekas TPA.

Baca Juga: Siap-siap April Hoki! Ada THR Naik Buat ASN, TNI POLRI, Pensiunan PNS, Berapa Jumlahnya?

Tak lupa warga juga menanam pohon hanjuang sebagai penanda bahwa lokasi pernah terjadi peristiwa duka. Kemudian acara diakhiri denganb doa bersama dan tabur bunga diiringi karinding.

"Makna upacara ini sebetulnya mengingat peristiwa itu, karena yang meninggal itu manusia. Lewat proses juga menyampaikan pesan moral ke pemerintah soal tragedi itu," kata tokoh Kampung Adat Cirendeu, Abah Widi, di lokasi.

Peringatan itu juga bukan untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Semua punya tanggung jawab yang sama atas tewasnya 157 orang. Namun Abah Widi meyakini, masih banyak jasad-jasad lain yang tak terdata dan hilang di tumpukan sampah.

"Setiap 21 Februari, buat apa dijadikan HPSN sedangkan pemerintah nggak terlibat. Jadi tujuannya apa? Kalau kita di Cireundeu kan ingin mereka (pemerintah) datang, duduk bersama, kembali ke alam, menata alam. Karena alam nggak perlu diobati manusia, mereka mengobati diri sendiri," ucap Abah Widi.

Pihaknya juga dengan tegas bakal menolak apabila ada rencana mengembalikan kawasan tersebut menjadi TPA. Ia dan warga kampung lainnya tidak ingin tragedi menyedihkan kembali terulang.

"Sudah cukup 22 tahun kami menderita karena tempat tinggal kami yang sarat budaya, adat, dan sejarah, jadi tempat sampah. Jangan ada kekosongan peringatan HPSN, karena bisa saja nanti akan kembali jadi TPA," tutur Abah Widi.

Baca Juga: Tim Advokat Sebut Bharada E Wajah Baru Polri, Ini Alasan Dicabutnya Laporan Etika dan Disiplin Eliezer

"Hari Peduli Sampah Nasional itu karena kejadian nahas di kampung kami. Dari situ, kita ambil kesimpulan, sampah bukan cuma tanggung jawab pemerintah tapi tanggung jawab semua pihak," tambahnya.

Abah Widi mewakili warga lainnya meminta kepada pemerintah daerah atau provinsi agar mendirikan monumen di bekas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah. Nama-nama 157 korban yang tewas tersapu ombak sampah itu terpatri di monumen yang dibangun.

Halaman:

Editor: Dudung Ridwan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X