LENGKONG, AYOBANDUNG.COM - Salah satu keunikan bendungan atau waduk yang terletak di sebelah timur Kota Bandung ini dapat dilihat pada musim kemarau.
Bendungan yang dibangun dengan nilai Rp6,5 triliun akan memperlihatkan pemandangan unik saat air surut lantaran deretan bangunan tua masih kokoh berdiri seperti layaknya kota mati yang ditinggalkan penghuninya.
Meski menjadi sarana irigasi terbesar di wilayah sebelah timur Bandung, bendungan ini bahkan memiliki mitos seperti adanya penunggu ular yang menjaga kawasan ini.
Baca Juga: Telan Dana Rp 2,5 T Bendungan Terbesar se Asia Tenggara Ini, Bisa Buat Petani Panen 3 Kali Setahun
Bendungan yang dimaksud adalah Waduk Jatigede yang terletak di wilayah Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka yang menjadi salah satu peninggalan sejarah penuh makna.
Selain menjadi waduk terbesar kedua di Indonesia setelah Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Waduk Jatigede juga menyimpan kisah menarik yang telah melintasi berbagai periode sejarah.
Gagasan pembangunan waduk ini pertama kali muncul pada zaman Orde Lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno pada tahun 1963. Saat itu, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kapasitas irigasi dan menyediakan sumber air untuk pertanian, serta untuk kebutuhan air minum.
Namun, jika kita merenung lebih jauh, kita akan menemukan bahwa gagasan pembangunan waduk ini bahkan telah ada sejak masa penjajahan Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda merencanakan pembangunan tiga waduk di sepanjang aliran Sungai Cimanuk dan Waduk Jatigede dipandang sebagai waduk utama dan terbesar di antara ketiganya.
Sayangnya pembangunan waduk ini menghadapi penolakan dari masyarakat sekitar yang membuat rencana pembangunan tersebut akhirnya dibatalkan.
Waduk Jatigede akhirnya berhasil dibangun pada tahun 2008 di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan diresmikan pada tahun 2015. Operasional penuhnya baru dimulai pada tahun 2017.
Dengan luas keseluruhan mencapai 4.980 hektare, waduk ini mencakup wilayah Kabupaten Majalengka dan Sumedang. Wilayah genangan Waduk Jatigede melibatkan 28 desa di Kecamatan Darmaraja, Kecamatan Wado, Kecamatan Jatigede, dan Kecamatan Jatinunggal.
Ini adalah proyek yang melibatkan proses relokasi pada tahun 1982, perancangan pada tahun 1988, dan pembangunan yang berlangsung dari tahun 2007 hingga 2015 dengan anggaran mencapai Rp6,5 triliun.
Waduk Jatigede ini dibangun dengan cara memblokade aliran Sungai Cimanuk yang terletak di wilayah Kecamatan Jatigede. Dengan kapasitas air sebesar itu, Waduk Jatigede mampu mengairi lebih dari 90 ribu hektare lahan pertanian yang produktif di wilayah Sumedang, Kabupaten Cirebon, Indramayu, dan Majalengka.
Artikel Terkait
Telan Dana hingga Rp430 M, Jembatan Ini Jadi Jembatan Tahan Gempa Pertama di Indonesia, Bisa Tebak?
Terletak di Kabupaten Terpencil, Wisata Jawa Barat Ini Miliki Jembatan Gantung Terpanjang Asia Tenggara
Jembatan di Ambon Ini Jadi yang Terpanjang di Indonesia Timur, Telan Anggaran Hingga Rp772,9 Miliar
Jadi Termiskin di Jawa Barat, Wilayah Ini Punya Jembatan Lengkung Pakai Pipa Galvanis, Telan Rp 1,4 M APBD!
3 Jam dari Bandung, Jembatan 2 Tingkat Berabad-abad Belum Pernah Direnovasi, Mitos Tumbal Pengantin Terbukti?