Cerita Pendek Adi Zamzam*
SEJAK AWAL hubungan ini terjalin, kita sudah berkomitmen.
Aku, cinta.
“Karena dunia ini mengada karena cinta, dan takkan bertahan karena cinta. Begitu juga kita berdua,” ujarku, tanpa malu-malu.
“O, ya?” kau tertawa kecil. Semoga saja itu adalah sinyal bahwa kau tak perlu malu untuk lebih saling kenal. Dan kita memang memerlukan ini.
“Iya dong. Coba kamu pikir. Kamu ada, prosesnya dari mana?”
“Kau mau bilang prosesnya dari pernikahan ibu dan bapak?”
“Dan mereka saling cinta,” sambungku, merasa puas dan bangga.
“Kalau anak yang lahir dari perkosaan? Lalu dibuang begitu saja di pinggir jalan?”
Seketika aku terdiam. Tak menyangka akan pertanyaanmu.
“Itu musibah, Say,” jawabku kemudian. “Mengapa kau memasukkan musibah ke dalam area cinta?”
“Eh, apa aku tadi bilang memasukkannya?” tangkismu. “Aku ingin mengingatkanmu, bahwa dunia tak hanya terbentuk dari cinta. Banyak kisah suram yang turut menyumbang keberadaannya,” lanjutmu, wasis.
“Jika bayi itu masih bertahan hidup, setidaknya dia telah tertolong oleh cinta sang penyelamatnya. Jika bayi itu mati, ya begitulah cara Tuhan menyelamatkannya.”
Kau tertawa. “Ouh, kau ini pintar ngeles ya. Tapi sepanjang umurku ini, aku memang melihat banyak sekali kejahatan-kejahatan yang turut membentuk kelangsungan dunia…”
Artikel Terkait
Cerita Pendek: PEREMPUAN BERPAYUNG BIRU
Cerita Pendek: TEMAN BARU SEMASA RONDA
Cerita Pendek: TANGAN YANG DIBUNGKAM