Cerita Pendek: TANGAN YANG DIBUNGKAM

- Sabtu, 21 Januari 2023 | 10:58 WIB
Ilustrasi cerpen Tangan yang Dibungkam. (Dodi Rosadi)
Ilustrasi cerpen Tangan yang Dibungkam. (Dodi Rosadi)

Cerita Pendek Rumadi

MAGRIB telah lewat dan Karmin belum juga pulang. Mak Ru gelisah, mondar-mandir di depan rumah yang jarang sekali ia lakukan setelah matahari terbenam.

Para tetangga tahu belaka, Mak Ru sedang menunggu anak semata wayangnya. Sebagaimana Mak Ru, mereka pun dilanda kegelisahan yang sama.

Karmin tak pernah pulang terlambat. Ia akan selalu menuruti perintah Maknya, dan telah pulang sebelum matahari terbenam.

Hari ini Karmin diajak ke kota, pamitnya selepas Zuhur tadi. Ia akan melukis dinding di bawah jembatan layang. Rupanya kemampuannya terdengar sampai ke penjuru yang jauh, tidak hanya terkenal sekecamatan.

Awalnya, kepala desa yang tahu ia memiliki bakat melukis sejak di bangku sekolah, menyuruhnya untuk melukis dinding lapangan sepak bola desa mereka agar terlihat cantik. Betapa Karmin dan Mak Ru senang mendapatkan pekerjaan yang demikian, karena seluruh persediaan melukis di tembok atau sering kali yang disebut mural, disediakan oleh desa.

Baca Juga: 2 Warga KKB Korban Pembunuhan Wowon Cs Sempat Jadi PMI di Malaysia, Hilang Tak Ada Kabar Tiba-tiba Meninggal

Ia dibantu beberapa rekannya, yang juga memiliki kemampuan melukis yang baik. Betapa kepala desa sangat puas dengan pekerjaan Karmin. Dinding-dinding itu bergambarkan tentang penanaman pohon, membuang sampah pada tempatnya, dan banjir jika membuang sampah sembarangan.Karena kepala desa sudah demikian puas, Karmin diberi uang tambahan dari kantong pribadi dari kepala desa.

Dari kepala desa, kemudian bakat melukis Karmin menyebar dari desa ke desa, hingga seluruh kecamatan. Jarang sekali, penduduk di kecamatan mereka memiliki pemuda yang berbakat melukis dinding. Maka pekerjaannya bertambah. Ia diundang dari desa ke desa, bahkan hingga dinding kantor kecamatan dilukis dengan demikian cantik.

Bunga-bunga, naga, kebun, tanaman, dan gambaran surga, adalah pesanan yang pernah dikerjakannya. Di kantor kecamatan, ia melukis tentang dua pegawai yang memberikan seulas senyum, dengan bendera merah putih di belakangnya. Anak-anak berlarian di depan mereka.

Selama ini, jarang sekali orang yang datang ke kecamatan, karena Pak Camat yang terdahulu dikenal suka korupsi. Hingga ketahuan dan dihukum penjara. Hal itulah yang membuat warga yang malas datang ke kantor kecamatan, khawatir kantor kecamatan tidak amanah lagi.

Pak Camat yang baru ingin memberikan kesan, bahwa kantor kecamatan beserta para pegawainya sudah tidak lagi berbuat hal sekeji itu. Mereka ingin dipercaya kembali dengan lukisan-lukisan Karmin, mengambil hati masyarakat, dan pegawai baru yang dibentuk, bisa menunaikan amanat rakyat dengan tepat.

Baca Juga: Prediksi Skor Bursa Taruhan Espanyol vs Betis di La Liga, Lengkap Link Live Streaming

Karmin sendiri tidak tahu bagaimana ia bisa melukis. Ia seperti memiliki kemampuan begitu saja sejak ia dilahirkan. Guru kesenian di sekolah dasarnyalah yang menemukan bakatnya. Ketika itu, SD tempat Karmin bersekolah, tidak pernah memenangkan lomba melukis bahkan tingkat kecamatan yang merupakan lomba melukis paling rendah.

Halaman:

Editor: Dudung Ridwan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Cerita Pendek: TANGAN YANG DIBUNGKAM

Sabtu, 21 Januari 2023 | 10:58 WIB

Bojong Kunci: Sejarah Cita Rasa Opak

Jumat, 16 September 2022 | 19:40 WIB
X