Cerita Pendek: PEREMPUAN BERPAYUNG BIRU

- Sabtu, 24 Desember 2022 | 08:00 WIB
Perempuan Berpayung Biru. (Dodi Rosadi)
Perempuan Berpayung Biru. (Dodi Rosadi)

cerita pendek Riska Widiana

SUASANA pelabuhan tidak pernah sepi. Derak speed boat berdecit apabila bersentuhan. Kapal-kapal bertambat membongkar pasang barang. Perahu kelotok juga tidak kalah. Suara mesinnya memenuhi pelabuhan.

Belum lagi deru speed boat apabila menaikkan gasnya. Air akan menggelegak. Ombak bergemuruh hingga berbuih, menghantam sisi pelabuhan yang terbuat dari semen. Orang-orang hilir mudik memenuhi speed boat, satu per satu berangkat apabila telah penuh dengan tumpangan.

Speed boat meluncur mulus di atas air, bagaikan roket menembus langit, meninggalkan ombak berbuih. Suasana seperti inilah yang aku sukai bekerja di pelabuhan ini, meski hanya seorang sopir speed boat. Targetku selalu dipenuhi penumpang dan selalu yang pertama diserbu orang-orang yang hendak berangkat.

“Ayolah, Mak Cik,” teriakku dari atas speed boat sambil membantu barang-barang penumpang ke dalam speed boat.

“Alamak, terima kasih, Tuan, baik sangat awak ni. Bila saya Nak tumpang ke speed boat awak, mestilah awak dengan mudah Nak tolong,” ucap Bu Midah, penumpang setiaku bila tiba masa pulang kampungnya.

Baca Juga: Cerita Pendek: GROOTE POST WEG 17

Setiap bulan mestilah ia berpulang kampung, dan sudah jadi kebiasaan bahwa speed boat milikku akan jadi targetnya selama lima tahun ini.

“Tak apalah, Mak Cik, saling menolong baik buat sesama.”

Kami tergelak berdua.

Perempuan gempal itu bila telah tiba di tujuan, ia diam-diam menyelipkan uang ke dalam genggamanku. Ketika hendak naik ke pelabuhan, mesti aku pegang tangannya seperti menyambut tangan seorang kekasih, sembari menyeimbangkan tubuhnya yang gemuk. Perempuan itu menyelipkan seratus ribu, padahal uang ongkos sudah dibayar, tapi selalu saja dilebihkan.

“Tak apalah, Nar, hitung-hitung sedekah tiap bulan. Doakan Mak Cik panjang umur, sehat, dan biar cepat kurus.” Ucapan terakhirnya ia bisikkan ke telingaku begitu dekat, sehingga membuat geli dan aku tertawa terbahak-bahak.

“Aamiin. Aman, Mak Cik, Danar akan doakan.”

Perempuan itu berlalu setelah berhasil menyelipkan seratus ribu ke dalam genggaman. Ia melambaikan tangan, kemudian menaiki mobil angkot yang sudah menunggunya untuk menuju kampung.

Halaman:

Editor: Dudung Ridwan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Cerita Pendek: SIMFONI TAK SELESAI

Sabtu, 1 April 2023 | 11:02 WIB

Carita Pondok: SAPIKER TOA

Sabtu, 25 Maret 2023 | 11:00 WIB

Cerita Pendek: TIBA-TIBA SEMUA MENGHILANG

Sabtu, 18 Maret 2023 | 10:36 WIB

Carita Pondok: UCING TATANGGA

Sabtu, 11 Maret 2023 | 08:16 WIB

Carita Pondok: MANG APAN

Sabtu, 25 Februari 2023 | 11:31 WIB

Cerita Pendek: PSIKOTIK

Sabtu, 18 Februari 2023 | 07:18 WIB

Carita Pondok: AWEUHAN PANINEUNGAN

Sabtu, 11 Februari 2023 | 08:28 WIB

Carita Pondok: Lalakon Bihari

Sabtu, 28 Januari 2023 | 13:33 WIB

Carita Pondok: NONA ANGSANA

Sabtu, 14 Januari 2023 | 10:53 WIB

Cerita Pendek: TEMAN BARU SEMASA RONDA

Sabtu, 7 Januari 2023 | 12:28 WIB

Carita Pondok: ANJEUN NGANGKLEUNG NA HATE KURING

Sabtu, 31 Desember 2022 | 11:34 WIB

Cerita Pendek: PEREMPUAN BERPAYUNG BIRU

Sabtu, 24 Desember 2022 | 08:00 WIB

Carita Pondok: BOLU MILANGKALA

Sabtu, 17 Desember 2022 | 08:00 WIB

Carita Pondok: MALATI KARI BODASNA

Sabtu, 3 Desember 2022 | 10:00 WIB

Cerita Pendek: PEREMPUAN YANG INGIN MENYULAM BIBIRNYA

Sabtu, 26 November 2022 | 10:01 WIB

Carita Pondok: VILA CANTIKA

Sabtu, 19 November 2022 | 06:43 WIB

Cerita Pendek: GROOTE POST WEG 17

Sabtu, 12 November 2022 | 14:00 WIB

Carita Pondok: HIJI WENGI SISI TALAGA

Sabtu, 5 November 2022 | 08:36 WIB
X