Belum ada regenerasi
Akiat pensiun dari dunia layangan profesional pada 2004. Sejak itu, dia belum pernah melihat kembali ada perwakilan Indonesia bertanding di kancah internasional. Perkembangan teknologi, menurutnya, membuat minat anak-anak bermain layang-layang menurun.
"Sekarang teknologi juga sudah banyak berkembang, karena main layangan itu butuh keahlian khusus agar bisa mahir. Bermain layangan itu membutuhkan pandangan tajam, kecepatan tangan, dan kelincahan kaki, dan ini sangat bagus untuk proses perkembangan anak-anak," tuturnya.
Selain teknologi, lahan bermain layangan yang aman juga berkurang.
Baca Juga: Mengenal Masjid Al Muqarrabin, Eks Rumah Potong Hewan yang Disulap Menjadi Tempat Ibadah
"Usahakan kalau main layangan itu jangan di tempat bahaya seperti pinggir jalan, di permukiman, tapi harus di tempat terbuka dan aman dari lalu lintas. Seperti sawah, kebun, lapangan yang sekarang memang semakin berkurang ketersediaannya," ujarnya.
"Layangan ini kan sudah menjadi bagian dari permainan tradisional kita di Indonesia. Saya berharap anak-anak tetap melestarikan budaya bermain layangan di tengah gempuran teknologi. Tapi bermain di tempat yang aman ya," tuturnya sembari membuka buku album yang menuliskan deretan kompetisi dan torehan juara yang diraih.
Dalam buku itu, tercatat rapi berbagai gelar dari kompetisi yang diikuti, antara lain:
- Juara I Kejuaran Dunia Layang-Layang di Kota Dieppe, Prancis (1998);
- Juara I Kejuaraan Layang-Layang Internasional di Kota Saclay, Prancis (1998);
- Juara I Kejuaraan Layang-Layang Eropa (sebagai peserta kehormatan) di Kota Pyneneens, Prancis (2000);
- Juara III Kejuaraan Layang-Layang Dunia di Kota Dieppe, Prancis (2002); dan
- Juara I Kejuaraan Layang-Layang Dunia di Kota Dieppe, Prancis (2004).
"Saya cinta akan layang-layang. Meski sudah pensiun, saya masih sering bermain. Hiburan kalau ada acara festival atau kejuaraan. Dan yang terpenting layang-layang merupakan hobi yang bisa mengantarkan nama saya dikenal oleh kancah dunia," ujarnya. [*]
Artikel Terkait
Mengenal Masjid Al Muqarrabin, Eks Rumah Potong Hewan yang Disulap Menjadi Tempat Ibadah
Stasiun Radio Malabar, Tercanggih di Zamannya Jangkauan sampai Eropa
Stasiun Radio Malabar: Bukan Sekadar Pemancar Tercanggih pada Zamannya, tapi Tempat Spiritual
Judul Lagu Halo-halo Bandung Terinspirasi dari Radio Malabar
Asal-Usul Nama Padalarang: Toponimi yang Berhubungan dengan Harimau dan Dipati Ukur
Kawasan Kota Tua Padalarang Perlu Didorong untuk Pengendalian Tata Ruang
Jalan Radio Dayeuhkolot, Saksi Sejarah Penyebaran Teks Proklamasi
Makam Pahlawan Kondang, Tempat Peristirahatan Pejuang yang Melawan DI/TII
Makam Pahlawan Kondang, Tempat Peristirahatan Pejuang yang Melawan DI/TII
Makam Pahlawan Kondang, Tempat Peristirahatan Pejuang yang Melawan DI/TII