
Pada masa jayanya Perkebunan Bukit Unggul menanam 4 juta pohon kina di lahan seluas 776 hektar.
Tiap hektar lahan ditanami 6.500 kina dan menghasilkan 100 ton kina kering. Namun akibat terus merosotnya permintaan pasar, saat ini, tanaman kina hanya ada 20 persen di tiap 1 hektar lahan.
Penurunan penen kulit kina disebabkan karena adanya pengurangan karyawan serta pemangkasan biaya perawatan dan pembaharuan tanaman kina.
"Saat ini karyawan tinggal 5 orang. Kami juga hanya fokus merawat kina yang sudah ada. Kita tidak melakukan replanting," jelas Nana.
Baca Juga: Sejarah Pabrik Kina Bandung Cuma Hiasan, Gedung Cagar Budaya Itu Malah Terbengkalai
Terjun bebas bisnis kina membuat pihak perkebunan memakai skema bisnis lain dengan cara menyewakan lahan perkebunan kina untuk bisnis agro wisata dan pertanian. Hal itu agar lahan milik PTPN VIII tersebut tetap menyumbang profit. Skema ini berkonsekuensi lahan kebun kina makin menipis.
"Kita sewakan beberapa lahan untuk pemanfaatan agro wisata dan pembukaan lahan pertanian," terangnya.
Solusi Wabah Malaria

Artikel Terkait
Karang Panganten: Legenda Sangkuriang dan Punahnya Hutan di Kars Citatah
Sejarah Stadion Siliwangi, Markas Sepak Bola Termegah Pertama di Bandung
Sejarah Taman Lalu Lintas Kota Bandung yang Dahulu Disebut Insulindepark
Tragedi Sejarah Kecelakaan Pesawat di Tegallega dan Tewasnya Nurtanio
Sejarah Penjara Banceuy dan Kengerian yang Terkurung di Dalamnya
Sejarah Jalan Braga di Kota Bandung
Ngareuah-reuah Poe Basa Indung Sadunya: Pasang Twibbon-na jeung Sakseni Acara Puncakna!
Asal-Usul 15 Jalan di Bandung yang Gunakan Nama Orang Asing
Sejarah Pabrik Kina Bandung Cuma Hiasan, Gedung Cagar Budaya Itu Malah Terbengkalai
Pabrik Kina Pertama di Kabupaten Bandung Tinggal Puing Tak Berguna