Pernah terjadi tragedi sejarah kecelakaan pesawat di Tegallega, Kota Bandung, yang menyebabkan tewasnya Nurtanio Pringgoadisuryo.
LENGKONG, AYOBANDUNG.COM — Beberapa tahun lalu, Presiden Jokowi pernah memberikan pidato menyentuh tentang Nurtanio Pringgoadisuryo.
Kala itu, sang presiden memberikan nama pada pesawat N219, di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada tanggal 10 November 2017.
"Seluruh hidupnya didarmabaktikan untuk kedirgantaraan Indonesia," ujar Jokowi.
Dalam memperingati Hari Pahlawan ke-72, Jokowi secara resmi memberi nama purwarupa pesawat pertama N219 dengan sebutan Nurtanio.
Nama "Nurtanio" dipilih karena tak lepas dari jasa Laksamana Muda (Laksda) Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo yang telah merintis pembuatan pesawat terbang di Tanah Air sejak tahun 1946.
Baca Juga: Sejarah Bisbol di Bandung yang Jarang Mendapat Sorotan
Nurtanio Pringgoadisuryo dikenal sebagai salah seorang perintis berdirinya industri pesawat terbang yang bekerja di Biro Perencana Konstruksi Pesawat di lingkungan Tentara Republik Indonesia berkedudukan di Madiun yang merupakan cikal bakal lahirnya industri dirgantara di Indonesia.
Sejarah panjang berdirinya PTDI tidak dapat dipisahkan dengan sejarah berdirinya TNI AU, tahun 1946 didirikan Biro Perencana Konstruksi Pesawat di lingkungan Tentara Republik Indonesia berkedudukan di Madiun yang kemudian dipindahkan ke Andir (sekarang Husein Sastranegara) di Kota Bandung.
Hasil rancang bangunnya antara lain pesawat layang jenis Zogling, Nurtanio, Wiweko Glider (NWG) dan pada tahun 1948 membuat pesawat Wiweko Experimental Light Plane (WEL X).
Tahun 1953 dibentuk suatu wadah baru yang menangani pengembangan pesawat terbang yang diberi nama Seksi Percobaan. Empat tahun kemudian, tahun 1957 diubah namanya menjadi Sub Depot Penyelidikan dibawah supervisi Komando Depot Perawatan Teknik Udara yang dipimpin oleh Nurtanio Prianggoadisurjo, seorang perwira muda kelahiran Kandangan (Kalimantan Selatan) 03 Desember 1923.
Pada tahun 1960 Sub Depot ini ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP). Lima tahun kemudian, yaitu pada tahun 1965 berubah lagi menjadi Komando Pelaksana Persiapan Industri Pesawat Terbang (KOPELAPIP). Dan pada tahun 1966, KOPELAPIP digabung dengan PN Industri Pesawat Terbang Berdikari menjadi Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (LIPNUR).
Pesawat-pesawat hasil produksi LIPNUR antara lain Sikumbang, Belalang 85/90, Kunang, Super Kunang, dan Gelatik/PZL Wilga dan LT 200 (Gelatik dibuat dengan lisensi dari Ceko-Polandia).
Baca Juga: Sejarah Taman Lalu Lintas Kota Bandung yang Dahulu Disebut Insulindepark
Artikel Terkait
5 Sekolah Horor di Bandung, Mana yang Paling Seram?
VIDEO 5 Sekolah Horor di Bandung
Bioskop Tertua di Bandung Dahulu Bernama Radio City
Sejarah Lagu Halo Bandung (Hallo Bandoeng), Elegi tentang Kerinduan dan Kematian
Sastra Sunda: GRACE DI KAFE SIMPE
Sejarah Balap Mobil di Bandung, Bloemenrally KLM Tahun 1952
Sejarah Gedung The Historich Cimahi, Tempat Hiburan Tentara Belanda
Karang Panganten: Legenda Sangkuriang dan Punahnya Hutan di Kars Citatah
Sejarah Stadion Siliwangi, Markas Sepak Bola Termegah Pertama di Bandung
Sejarah Taman Lalu Lintas Kota Bandung yang Dahulu Disebut Insulindepark