Sejarah Pasar Cihapit nan Pahit

- Selasa, 25 Januari 2022 | 14:33 WIB
Dalam catatan sejarah Pasar Cihapit, terkandung kegetiran dan peristiwa pahit, yang mungkin tak ingin orang mengingatnya lagi.  (Ayobandung/Fathia Uqim)
Dalam catatan sejarah Pasar Cihapit, terkandung kegetiran dan peristiwa pahit, yang mungkin tak ingin orang mengingatnya lagi. (Ayobandung/Fathia Uqim)

Dalam catatan sejarah Pasar Cihapit, terkandung kegetiran dan peristiwa pahit. Orang-orang yang dahulu tinggal di sana, mungkin tak ingin mengingatnya lagi.

LENGKONG, AYOBANDUNG.COM — Di Pasar Cihapit, orang-orang datang dan pergi sesuai kebutuhannya. Hiruk pikuk perniagaan berputar sepenuh hari. 

Tidak terbayangkan, jika di tempat yang ramai itu, kenangan pahit warga Bandung tertancap dengan jelas. Sejarah Pasar Cihapit yang jauh dari kesan suka cita.

Bersumber pada penjelasan Alex Ari, wakil dari Komunitas Aleut, dari awal, area Cihapit sebenarnya berupa pemukiman untuk para pegawai Belanda.

Tetapi, bukan untuk mereka yang kelas atas, melainkan golongan lebih rendah.

"Kawasan Cihapit, sebagai perumahan untuk pegawai menengah rendah, tahun 1921 sudah dibangun sekitar 127 rumah dilengkapi dengan 12 bangunan toko," ungkap Ari.

Baca Juga: Sejarah Gedung The Historich Cimahi, Tempat Hiburan Tentara Belanda

Dipaparkan Ari, bangunan awal itulah yang kemudian jadi bagian depan Pasar Cihapit saat ini. 

Selain itu, eksistensi Pasar Cihapit juga tidak bisa dilepaskan dari rencana pemerintah kolonial Hindia Belanda, yang ingin memindahkan ibu kota dari Batavia ke Bandung.

"Pasar Cihapit ga bisa dilepaskan dari perkembangkan wilayah tersebut. Wilayah tersebut (kawasan Cihapit) dibangun sebagai bagian perpindahan ibu kota Hindia Belanda, dari Batavia ke Bandung," lanjut Ari.

Bagaimanapun, rencana besar Hindia Belanda itu terkendala oleh resesi besar dunia, yang dikenal dengan Malaise. Rencana pembangunan pusat pemerintahan pun tertunda. Buktinya, meurut Ari, bangunan-bangunan yang telah direncakanan sebelumnya tidak terealisasi sepenuhnya.

Baca Juga: Sejarah Balap Mobil di Bandung, Bloemenrally KLM Tahun 1952

Sementara itu, para pegawai kelas menengah ke bawah pun kesulitan membayar harga sewa rumah di area Cihapit. Mereka mulanya mesti membayar sekitar 10 gulden, tetapi sebab pembayaran mayoritas tidak lancar, harga disesuaikan kembali.

Kesulitan pembayaran itu menunjukkan kondisi ekonomi rerata warga Cihapit, pada masa Hindia Belanda, tidak dapat dikatakan sejahtera. Selain ditindas kolonialisme, mereka pun tergilas oleh roda ekonomi.

Halaman:

Editor: Aris Abdulsalam

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Tio Tek Hong, Sejarah Toko ABC, dan Riwayat Jalan ABC

Sabtu, 30 September 2023 | 13:55 WIB

Guha Lava Curug Koléang di Lembah Ci Kapundung

Sabtu, 30 September 2023 | 12:19 WIB

Cerita Pendek: LAUTAN KABUT

Sabtu, 30 September 2023 | 11:42 WIB

Carita Pondok: CINTA KATEGORI DUA

Sabtu, 23 September 2023 | 10:16 WIB

Bioskop-bioskop di Bandung Zaman Dulu

Sabtu, 23 September 2023 | 10:01 WIB
X