Misteri Pembunuhan di Rumah Asep Berlian

- Rabu, 22 Desember 2021 | 10:19 WIB
Mintarsih, Komariah, dan Maliah, tiga dari lima korban pembunuhan sadis di rumah Asep Berlian. (Sin Po, 9 Februari 1935)
Mintarsih, Komariah, dan Maliah, tiga dari lima korban pembunuhan sadis di rumah Asep Berlian. (Sin Po, 9 Februari 1935)

Baca Juga: Bandung Baheula: Bioskop Dian, Bangunan Bersejarah yang Kondisinya Memprihatinkan

Bahkan setelah Asep Berlian meninggal, masalah warisan ini belum juga putus. Untuk selanjutnya perkara itu diwakili oleh Kiagoes Tamim dan Kiagoes Ascharie.

Perkara warisan melebar, tak lagi di antara kubu Kiagoes Abdoelhamid versus Kiagoes Tamim. Pada Februari 1936, muncul tulisan berjudul ”Menggoegat Warisan Asep Berlian???” di Sipatahoenan. Dalam tulisan itu disebutkan Nyi Sartika (istri keempat Asep Berlian) dan orang tua dari Komariah (istri ketiga Asep Berlian) menggugat harta warisan Asep Berlian yang berupa kebun. Harta itu dipegang oleh Kiagoes Tamim (Endang Thamym).

Pengacara Kiagoes Tamim membenarkan adanya permintaan pembagian harta warisan berupa kebun dari Sartika. Akan tetapi dijelaskan bahwa ketika masih hidup, Asep Berlian sudah mendapat banyak keuntungan dari pengelolaan hart aitu sehingga kalau diperhitungkan sekarang, harta Asep sebetulnya sudah habis. Bahkan Asep harus menomboki kelebihan haknya.

Menurut keterangan pengacaranya, Idih Prawirasapoetra, pihak Kiagoes Tamim dan Asari tidak keberatan harta berupa kebunnya itu itu dibagi. Akan tetapi harus dihitung dulu ”apakah masih ada bagian toean Asep itoe???? Apakah jang dibagikan kalau memang barang-barangnja tidak ada.”

Sementara itu, tidak dijelaskan materi gugatan yang dilakukan orang tua Komariah.

Rujukan:

Haryoto Kunto. Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Granesia, 2014

Her Suganda. Jendela Bandung. Gramedia, Januari 2008

”Drama Anoe Pohara Kedjemna” dalam Sipatahoenan No. 161 Tahoen Ka XI, Saptoe, 21 Juli 1934

”Drama Noe Pohara Kedjemna” dalam Sipatahoenan No 162 Tahoen Ka XI, Senen, 23 Juli 1934

”Drama Noe Pohara Kedjemna Tea” dalam Sipatahoenan No 163 Tahoen Ka XI, Salasa, 24 Juli 1934

”Drama Noe Pohara Kedjemna Tea” dalam Sipatahoenan No 164 Tahoen Ka XI, Rebo, 25 Juli 1934

Halaman:

Editor: M. Naufal Hafizh

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Bioskop-bioskop di Bandung Zaman Dulu

Sabtu, 23 September 2023 | 10:01 WIB

29 Nama Bambu Abadi dalam Toponimi

Kamis, 21 September 2023 | 16:07 WIB

Wisata Gunungapi yang Berkelanjutan

Jumat, 15 September 2023 | 11:25 WIB

Kongsi Tionghoa di Bandung Tahun 1900-1931

Senin, 11 September 2023 | 12:21 WIB
X