Misteri Pembunuhan di Rumah Asep Berlian

- Rabu, 22 Desember 2021 | 10:19 WIB
Mintarsih, Komariah, dan Maliah, tiga dari lima korban pembunuhan sadis di rumah Asep Berlian. (Sin Po, 9 Februari 1935)
Mintarsih, Komariah, dan Maliah, tiga dari lima korban pembunuhan sadis di rumah Asep Berlian. (Sin Po, 9 Februari 1935)

LENGKONG, AYOBANDUNG.COM — Sebuah pembunuhan sadis terjadi di rumah janda Asep Berlian di Kebonkalapaweg pada 23 Juli 1934. Tiga orang meninggal dan dua orang terluka parah. Mereka dipukuli dengan linggis oleh pembantunya.

Her Suganda menjuluki peristiwa itu dengan sebutan Geger Bandung, sedangkan Haryoto Kunto menyebutnya Guyur Bandung.

Sebelum membahas kasus itu, perlu dijelaskan dulu siapa Asep Berlian atau Kiagoes Asep Abdoellah (Ki Asep Abdullah Abdul Sjukur) ini. Asep Berlian tak diketahui lahir tahun berapa tapi, menurut Her Suganda, meninggal tahun 1936. Koran Sipatahoenan terbitan 21 Juli 1934 menyebut, Asep meninggal beberapa bulan sebelumnya. Bisa jadi masih di 1934 atau sejauh-jauhnya tahun 1933.

Baca Juga: Bandung Pisan: Sejarah Asep Berlian Versi Her Suganda

Asep Berlian adalah sosok kesohor pada masanya. Tak ada orang Bandung yang tak kenal cucu dari Kiagoes Hadji Moehamad Tamim, saudagar rempah-rempah asal Palembang, salah satu orang kaya Bandung. Nama Asep Berlian kini jadi nama jalan yang panjang dan berkelok-kelok bermula dari Jalan Jenderal Ahmad Yani hingga mentok di Jalan Yudhawastu Pramuka I.

Sedangkan nama kakeknya, kini diabadikan jadi Jalan Tamim yang bermula dari Jalan Sudirman hingga ke Jalan Pasar Selatan di belakang Pasar Baru Bandung.

Kronologi Pembunuhan di Rumah Asep Berlian

Tarmidi sebagai tersangka pembunuhan dan rumah korban di Kebonkalapaweg yang ramai dikunjungi orang.
Tarmidi sebagai tersangka pembunuhan dan rumah korban di Kebonkalapaweg yang ramai dikunjungi orang. (Sipatahoenan, 25 Juli 1934)

Kasus pembunuhan sadis itu terjadi di rumah keluarga besar Asep di Kebonkalapaweg, Sabtu, 21 Juli 1934. Pelakunya diduga Tarmidi, 18 tahun, seorang pembantu rumah tangga yang sudah bekerja 5 tahun untuk Nyi Mintarsih.

Motifnya sendiri tak jelas. Ada yang mengaitkankannya dengan kisah asmara dan ada yang menghubungkannya dengan soal warisan. Saat pembunuhan terjadi, perkara warisan yang berlarut-larut itu sudah ditangani pengadilan. Kenyataannya hingga 1936, gugatan terhadap harta itu masih ada.

Berikut adalah kronologi peristiwa pembantaian yang diberi judul ”Drama Anoe Pohara Kedjemna”, dimuat di Sipatahoenan:

Tiga orang meninggal dunia dan dua orang terluka parah dalam peristiwa pembunuhan yang terjadi sekira pukul 03.30. Para korbannya adalah:

  1. Nji Ajoe Maliah atau Nji Ajoe Es (istri Kiagoes Tamim, adik Asep Berlian), meninggal di tempat
  2. Komariah (istri ketiga Asep Berlian), meninggal di rumah sakit
  3. Mintarsih (istri pertama Asep Berlian), terluka parah
  4. Raden Sapri (adik Mintarsih), masih anak-anak, terluka parah
  5. Ma Entjah (pembantu rumah tangga), meninggal di tempat

Saat kejadian berlangsung, Kiagoes Tamim sedang ke Garut untuk ikut lomba pacuan kuda. Kiagoes Tamim pergi sekitar pukul 10.00. Saat itu anjing peliharaannya yang terkenal galak sedang berkeliaran di pekarangan.

Kebetulan siang harinya, keluarga besar itu panen ikan (ngabedahkeun) di luar kota. Sepulang dari kegiatan itu, Mintarsih sakit. Komariah kemudian datang menemani Mintarsih. Maliah yang ditinggal Kiagoes Tamim juga ikut menemani. Dengan demikian, di rumah Mintarsih malam itu menginap Komariah, Maliah, Raden Sapri, dan Ma Entjah.

Halaman:

Editor: M. Naufal Hafizh

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Cerita Pendek: TANGAN YANG DIBUNGKAM

Sabtu, 21 Januari 2023 | 10:58 WIB

Bojong Kunci: Sejarah Cita Rasa Opak

Jumat, 16 September 2022 | 19:40 WIB
X