LENGKONG, AYOBANDUNG.COM – Tak banyak orang yang kenal dengan nama Mohamad Koerdie alias Sjarif Amin atau Syarif Amin. Sangat disayangkan mengingat Koerdie adalah satu dari sedikit bapak perintis pers nasional di Indonesia.
Mohamad Koerdie yang lahir di Cihaurbeuti, Ciamis, pada 10 September 1907 adalah pemimpin redaksi Sipatahoenan, koran berbahasa Sunda terbesar yang pernah ada. Koran ini beredar sampai ke Jerman dan Belanda.
Sipatahoenan berhenti terbit menyusul masuknya Jepang ke Bandung pada 1942. Namun demikian terbit lagi setelah Indonesia merdeka dan berhenti terbit untuk selamanya pada masa Orde Baru.
Baca Juga: [Bandung Baheula] 4 Sejarah Nama Jalan di Kota Bandung, dari Braga hingga Dago
Sipatahoenan mula-mula terbit di Tasikmalaya dengan penanggung jawab Soetisna Sendjaja. Namun secara formal, pemimpin redaksi pertamanya adalah Bakrie Soeraatmadja. Setelah Bakrie mundur, Mohamad Koerdielah yang menakhodai Sipatahoenan.
Lewat keputusan No. 69/XI/1973, Dewan Pers mengusulkan kepada pemerintah untuk menganugerahi Mohamad Koerdie gelar perintis pers Indonesia. Bersama Koerdie diusulkan nama Ki Hajar Dewantara dan Haji Mohammad Djamil Gelar Mangaradja Ihutan.
Namun baru pada 20 Mei 1976, Menteri Penerangan Mashuri menetapkan Mohamad Koerdie sebagai perintis pers nasional.
Baca Juga: Seni Membaca Buku: Belajar Mencintai Buku dari Bung Karno dan Bung Hatta
Walaupun tokoh pers, Mohamad Koerdie sebetulnya lebih dikenal sebagai sastrawan. Tidak mengherankan karena Mohamad Koerdie lebih banyak menulis karya sastra ketimbang karya jurnalistik.
Dari 13 buku yang dibuatnya, 9 di antaranya adalah buku fiksi. Sementara tak satu pun buku tentang jurnalistik yang ditulisnya.
9 Buku Fiksi Karya Mohamad Koerdie
Berikut adalah 9 buku fiksi yang ditulis Mohamad Koerdie. Umumnya ditulis dengan menggunakan nama samarannya, Syarif Amin atau Sjarif Amin.
1. Manéhna. Roman fantasi. Semula merupakan naskah terpisah yang terbit secara rutin dalam rubrik ”Implik-implik” di Sipatahoenan. Pada 9 Januari 1963, naskah-naskah itu dikumpulkan dan diserahkan kepada Ramadhan KH dari Penerbit Kiwari untuk diterbitkan sebagai buku. Penerbit ini beralamat di Jalan Cihampelas No 93. Namun bukunya baru terbit dua tahun kemudian, pada 1965. Pada 11 November 1975, hak penerbitan Manéhna diserahkan kepada Aga Prayoga dari penerbit Dunia Pustaka Jaya. Buku cetakan kedua Manéhna diterbitkan pada 1976 oleh penerbit itu. Selanjutnya, 2001 dan 2013, buku Manéhna diterbitkan oleh penerbit Kiblat Buku Utama.
2. Babu Kajajadén. Roman fantasi. Terbit secara bersambung di Sipatahoenan mulai pertengahan Novémber 1932 hingga pertengahan Désember 1932. Diterbitkan sebagai buku pertama kali oleh Penerbit Pelita Massa pada 1963 dan dicetak ulang tahun 1983. Pada 1983 jadi buku Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada 2012 dicetak ulang oleh penerbit Kiblat Buku Utama.
Artikel Terkait
Bandung Baheula: Pesta di Lapang Tegallega, Dulunya Tempat Pacuan Kuda
Bandoeng Baheula: Sejarah Gedung Nedhandel NV
Bandung Baheula: Masjid Mungsolkanas, Masjid Tertua di Bandung
Bandung Baheula: Secuil Sejarah Jalan Asia Afrika dan Gedung Merdeka
Bandung Baheula: Kampung Kreatif Lokomotif Cicukang dan Kisah Lamanya
Paguyuban Sapedah Baheula yang Diakui Dunia Internasional
[Bandung Baheula] Secuil Sejarah Pahit di De Majestic
Jaarbeurs, Cerita di Balik Kemeriahan Pasar Malam Bandung Baheula
[Bandung Baheula] Mengenal Villa Isola, Ikon Universitas Pendidikan Indonesia
[Bandung Baheula] Mitos Tentang Terowongan Bawah Tanah Gedung Isola