MALAM ini terasa dingin. Karena hujan turun sejak pukul delapan, aku tidur lebih awal. Jelang dini hari, aku terjaga dan suamiku tak ada di sampingku. Aku bangkit dan pergi ke belakang, tapi ia tak kutemukan di dapur atau di kamar mandi. Ia juga tak terlihat di ruang tamu. Saat mendapati pintu depan tak terkunci, kudorong pintu itu pelan-pelan, ternyata suamiku sedang berdiri di depan gerbang pagar.
Kemarahanku menyala. Dugaanku benar, suamiku hanya pura-pura mengalah karena ia sudah punya rencana. Sungguh licik, pikirku dalam hati. Ketika aku ingin mengajaknya masuk, tiba-tiba aku mendengar kata-katanya.
"Kami di sini baik-baik saja. Jangan khawatir, saya akan menjaga Farida."
Jantungku berdebar. Suamiku menyebutkan namaku. Sebenarnya, ia sedang bicara dengan siapa? Aku menduga-duga sambil memandangi gerbang pagar. Kukucek-kucek kedua mataku, tapi aku masih tak bisa melihat siapa pun. Tiba-tiba aku merasa sangat khawatir.
"Kemarilah," ajak suamiku tanpa menoleh ke belakang.
Ternyata ia sudah menyadari kehadiranku. Pelan-pelan aku berjalan mendekatinya. "Kau sedang apa malam-malam begini?" bisikku cemas. Kemarahanku mendadak lenyap entah ke mana.
Suamiku menoleh dan berkata, "Jangan hanya percaya apa yang kau lihat. Sekarang, pejamkan matamu. Aku akan membuktikan kata-kataku."
"Untuk apa?" tanyaku gentar.
"Ada orang-orang yang ingin bertemu denganmu. Kau juga pasti ingin bertemu mereka," sahut suamiku dengan sikap misterius.
"Mereka siapa?" Jantungku berdebar lebih kencang.
Artikel Terkait
CERITA PENDEK: Aku Mencintai Tokoh Ceritaku dan Cemburu kepada Kekasihnya
Cerita Pendek: TATAPAN MATA
Cerita Pendek: INTEROGASI
Cerita Pendek: SUATU HARI TANPA ISTRI