Oleh: Fitri Manalu
SUAMIKU yakin bahwa ia melihat sebuah pintu di bawah pohon matoa yang terletak di seberang rumah kami. Ia mengaku telah melihat orang-orang keluar dari pintu itu. Walaupun sudah kukatakan semua itu hanya khayalannya saja, keyakinan suamiku tak tergoyahkan. Ia betah duduk berjam-jam lamanya di beranda hanya untuk mengawasi pintu itu. Kebiasaan itu sudah berlangsung selama seminggu dan membuatku jengkel bukan kepalang.
"Kerjamu cuma buang-buang waktu saja. Lihat, gerbang pagar perlu diminyaki, kupingku sampai sakit mendengarnya," omelku pada suatu sore.
Sudah dua jam suamiku tak beranjak dari kursi plastik hijau kesukaannya. Secangkir kopi di atas meja sudah tandas, tapi ia masih saja duduk memandangi pohon matoa yang tumbuh persis di sebelah dinding rumah tetangga kami.
"Jangan berisik!" sahut suamiku dengan tampang sebal. "Sudah berkali-kali kubilang, tapi kau tetap tak percaya. Aku sedang menunggu lelaki itu. Kemarin ada juga ibu dan anak yang keluar dari pintu itu. Memangnya kau tak penasaran?"
Mungkin lelaki yang sudah tiga tahun menjadi suamiku ini benar-benar gila, batinku resah. Minggu lalu, ia mengamuk gara-gara kucing tetangga berisik. Ketika kukatakan tabiat kucing kawin memang begitu adanya, ia malah memarahiku. Sebagai seorang istri, harusnya kau membelaku! Itulah yang ia katakan saat aku berang karena sapu yang ia gunakan untuk memburu kucing itu malah memecahkan vas bunga kesayanganku.
"Aneh, ditanya kok malah diam seperti patung," cela suamiku. Ia kembali meluruskan pandang ke arah pohon matoa.
Kejengkelanku kembali memuncak. "Lihat saja terus sana, sampai matamu copot," jawabku ketus.
Suamiku tak mengacuhkan kata-kataku. Sambil melanjutkan omelan, aku pura-pura masuk ke dalam rumah, lalu mengintip dari jendela. Sejujurnya, aku juga penasaran, tapi aku menutupinya karena tak ingin ikut-ikutan bertingkah aneh. Lebih baik, aku mengamati tingkahnya diam-diam saja.
Artikel Terkait
CERITA PENDEK: Aku Mencintai Tokoh Ceritaku dan Cemburu kepada Kekasihnya
Cerita Pendek: TATAPAN MATA
Cerita Pendek: INTEROGASI
Cerita Pendek: SUATU HARI TANPA ISTRI