AYOBANDUNG.COM -- Satu per satu koruptor kelas kakap dijebloskan ke Penjara Sukamiskin, mulai dari terdakwa kasus megaproyek e-KTP Setya Novanto hingga eks wali kota Bandung Dada Rosada. Sejak seabad lalu, fungsinya masih belum berubah, tetap jadi tempat penghukuman para elite politik.
Dalam kurun waktu itu pula, sejarah belum pernah mencatat adanya tahanan yang membobol tembok Penjara Sukamiskin. Desain bangunan yang dibuat seperti benteng, mungkin menyulitkan siapa saja yang ada di dalamnya untuk menjebol pertahanan.
Penjara Sukamiskin terdiri dari dua bangunan utama. Bangunan pertama berbentuk belah ketupat yang berfungsi sebagai benteng. Sementara bagunan kedua berdiri di dalamnya dengan desain menyerupai kincir angin.
Baca Juga: Sejarah Banceuy dari Kuburan, Penjara Sukarno, dan Pasar Onderdil
Ada empat blok dalam bangunan kedua yang menghadap ke empat penjuru mata angin: blok utara, blok selatan, blok barat, dan blok timur, yang masing-masing blok memiliki dua lantai. Menurut catatan sejarah, desain kokoh ini merupakan buah karya arsitek Belanda, CP Wolff Schoemaker.

Penjara yang awalnya bernama Straft Gevangenis Voor Intelectuelen ini berdiri gagah sejak 1918, saat Pemerintah Hindia Belanda masih menguasai bumi Jawa. Enam tahun kemudian, tokoh-tokoh politik yang menentang Belanda mulai diberangus ke dalamnya, termasuk proklamator Ir Soekarno.
Surat Soekarno dari Penjara Sukamiskin
Keterlibatannya dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) membuat Soekarno diciduk Pemerintah Hindia Belanda pada 1930. Sempat menghuni Penjara Banceuy selama delapan bulan, sang proklamator kemudian dipindah ke Penjara Sukamiskin.
Sel No. 1 Blok Timur Atas menjadi saksi bisu saat Soekarno membuat sepucuk surat bertajuk 'Keadaan di Pendjara Sukamiskin Bandung'. Betapa dalam surat yang ditulis 17 Mei 1931 itu, ia mencurahkan segala kesulitan yang dialaminya selama dipenjara.
Selnya hanya berupa bilik kecil berukuran 1,5x2,5 cm. Hari-hari dilalui Soekarno dengan bekerja mengoperasikan mesin pembuat kertas sedari pagi hingga petang. Anemia membuat badannya cepat lelah, tak ada waktu untuk membaca buku atau sekadar menulis menuangkan pemikiran-pemikiran besarnya.
Bagi Soekarno, Penjara Banceuy tentu lebih manusiawi karena ia tetap bisa bergumul dengan ilmu pengetahuan dan sejarah. Di Penjara Sukamiskin, semua buku-bukunya disita. Menulis surat pun hanya boleh dua pekan sekali. Syukurlah sang istri, Inggit Garnasih masih boleh mengunjunginya, walaupun dilarang membawa buah tangan apapun.
"Dahulu dalam rumah tahanan hidupku telah dibatasi, sekarang batasnya bertambah sempit lagi. Segalanya di sini dikerjakan dengan suruhan komando: makan, pulang balik ke tempat bekerja, makan, mandi, menghisap udara, keluar masuk bilik kecil, semuanya dikerjakan seperti serdadu berbaris; semuanya seolah-olah disamakan dengan suatu derajat, tempat kemauan merdeka mesti dihilangkan," tulis Soekarno, dikutip dari buku "Di Bawah Bendera Revolusi."
Meski begitu, Soekarno selama di sini berhasil menelurkan satu karya berjudul "Indonesia Menggugat". Sel Soekarno kini dijadikan tempat bersejarah dengan tulisan khusus "Bekas Kamar Bung Karno" dengan interior yang masih seperti aslinya.
Artikel Terkait
Geowisata di Dalam Keretaapi dari Cipatat - Cianjur - Sukabumi - Bogor
Kampung Saparantu dan Kampung Sindur, Nama dari Satu Jenis Pohon yang Sama
BANDUNG HARI INI Gedung Sate Selesai Dibangun September 1924
Cipetir Bukan Kampung yang Sering Disambar Halilintar
Sejarah Sekolah Kautamaan Istri, Sekolah Perempuan Pertama di Bandung Gagasan Dewi Sartika
Asal-usul Nama Jalan Dewi Sartika dan Jalan Kautamaan Istri Bandung, dari Perjuangan Atas Hak Perempuan
Asal-usul Nama Jalan Otista Bandung yang Dibuka 30 Tahun Sekali
Kongsi Tionghoa di Bandung Tahun 1900-1931
Wisata Gunungapi yang Berkelanjutan
Asal-usul Nama Cililin di Bandung Barat, Ternyata Berasal dari Bahasa Belanda yang Artinya Begini